Langsung ke konten utama

anthistamin,golongan dan turunannya



ANTIHISTAMIN,GOLONGAN DAN TURUNANNYA


Antihistamin merupakan obat antialergi yang bekerja dengan menghambat pengelepasan histamin. Namun, meskipun penggunaannya aman antihistamin generasi pertama sering menimbulkan efek samping berupa sedasi yang menyebabkan rasa kantuk & penurunan daya tangkap. Hal ini tentunya sangat mengganggu aktivitas sahri-hari.
Antihistamin merupakan jenis obat yang dapat dipakai untuk mengatasi berbagai macam jenis alergi. Misalnya, alergi pada makanan, serbuk sari serta serangga, alergi kulit, alergi mata dan lainnya. Obat ini hanya bisa mengurangi reaksi yang ditimbulkan oleh alergi. Antihistamin tidak dapat membebaskan Anda dari jeratan alergi yang telah mendarah daging di tubuh
MACAM-MACAM ANTIHISTAMIN
1.  Antihistamin (AH1) non sedatif.
a.    Terfenidin
           Merupakan suatu derivat piperidin, struktur kimia. Terfenidin diabsorbsi sangat cepat dan mencapai kadar puncak setelah 1-2 jam pemberian. Mempunyai mula kerja yang cepat dan lama kerja panjang. Obat ini cepat dimetabolisme dan didistribusi luas ke berbagai jaringan tubuh. Terfenidin diekskresi melalui faeces (60%) dan urine (40%). Waktu paruh 16-23 jam. Efek maksimum telah terlihat sekitar 3-4 jam dan bertahan selama 8 jam setelah pemberian. Dosis 60 mg diberikan 2 X sehari.
b.     Astemizol 
            Merupakan derivat piperidin yang dihubungkan dengan cincin benzimidazol, struktur kimia. Astemizol pada pemberian oral kadar puncak dalam darah akandicapai setelah 1 jam pemberian. Mula kerja lambat, lama kerja panjang. Waktu paruh 18-20 hari. Di metabolisme di dalam hati menjadi metabolit aktif dan tidak aktif dan di distriibusi luas keberbagai jaringan tubuh. Metabolitnya diekskresi sangat lambat, terdapat dalam faeses 54% sampai 73% dalam waktu 14 hari. Ginjal bukan alat ekskresi utama dalam 14 hari hanya ditemukan sekitar 6% obat ini dalam urine. Terikat dengan protein plasma sekitar 96%.
c.    Mequitazin
            Merupakan suatu derivat fenotiazin, struktur kimia lihat Gbr.1. Absorbsinya cepat pada pemberian oral, kadar puncak dalam plasma dicapai setelah 6 jam pemberian. Waktu paruh 18 jam, Onset of action cepat, duration of action lama. Dosis 5 mg 2 X sehari atau 10 mg 1 X sehari (malam hari).
d.    Loratadin 
            Adalah suatu derivat azatadin, Penambahan atom C1 meninggikan potensi dan lama kerja obat loratadin. Absorbsinya cepat. Kadar puncak dicapai setelah 1 jam pemberian. Waktu paruh 8-11 jam, mula kerja sangat cepat dan lama kerja adalah panjang. Waktu paruh descarboethoxy-loratadin 18-24 jam. Pada pemberian 40 mg satu kali sehari selama 10 hari ternyata mendapatkan kadar puncak dan waktu yang diperlukan tidak banyak berbeda setiap harinya hal ini menunjukkan bahwa tidak ada kumulasi, obat ini di distribusi luas ke berbagai jaringan tubuh. Matabolitnya yaitu descarboetboxy-loratadin (DCL) bersifat aktif
secara farmakologi clan juga tidak ada kumulasi. Loratadin dibiotransformasi dengan cepat di dalam hati dan di ekskresi 40% di dalam urine dan 40% melalui empedu. Pada waktu ada gangguan fiungsi hati waktu paruh memanjang. Dosis yang dianjurkan adalah 10 mg 1 X sehari.

2.    Terdapat beberapa jenis antihistamin, yang dikelompokkan berdasarkan sasaran kerjanya terhadap reseptor histamin.
a.  Antagonis Reseptor Histamin H1
Secara klinis digunakan untuk mengobati alergi. Contoh obatnya adalah: difenhidramina, loratadina, desloratadina, meclizine, quetiapine (khasiat antihistamin merupakan efek samping dari obat antipsikotik ini), dan prometazina.

b.  Antagonis Reseptor Histamin H2
Reseptor histamin H2 ditemukan di sel-sel parietal. Kinerjanya adalah meningkatkan sekresi asam lambung. Dengan demikian antagonis reseptor H2 (antihistamin H2) dapat digunakan untuk mengurangi sekresi asam lambung, serta dapat pula dimanfaatkan untuk menangani peptic ulcer dan penyakit refluks gastroesofagus. Contoh obatnya adalah simetidina, famotidina, ranitidina, nizatidina, roxatidina, dan lafutidina.
c.  Antagonis Reseptor Histamin H3
Antagonis H3 memiliki khasiat sebagai stimulan dan memperkuat kemampuan kognitif. Penggunaannya sedang diteliti untuk mengobati penyakit Alzheimer's, dan schizophrenia. Contoh obatnya adalah ciproxifan, dan clobenpropit.
d.  Antagonis Reseptor Histamin H4
Memiliki khasiat imunomodulator, sedang diteliti khasiatnya sebagai antiinflamasi dan analgesik. Contohnya adalah tioperamida.Beberapa obat lainnya juga memiliki khasiat antihistamin. Contohnya adalah obat antidepresan trisiklik dan antipsikotik. Prometazina adalah obat yang awalnya ditujukan sebagai antipsikotik, namun kini digunakan sebagai antihistamin.
Senyawa-senyawa lain seperti cromoglicate dan nedocromil, mampu mencegah penglepasan histamin dengan cara menstabilkan sel mast, sehingga mencegah degranulasinya.
Penggolongan obat antihistamin menurut struktur kimia :
1. Derivat etanolamin
a. Difendihidramin memunyai daya anti kolinergis dan sedatif yang kuat juga bersifat spasmolitis, antiemetis dan antivertigo(antipusing).
a.a. orfenadrin memiliki daya antikolenergis dan sedtif yang ringan.
a.b. dimenhidrinat digunakan untuk mabuk jalan dan muntah karena hamil.
a.c. klorfenoksamin sebagai obat tambahan pada terapi penyakit parkinson.
b. klemastin memiliki efek antihistamin yang amat kuat mulai bekerja nya cepat (beberapa menit dan bertahan lebih dari 10 jam).
2. Derivat etilendiamin
a. Antazolin efek antihistaminnya tidak terlalu kuat tetapi tidak merangsang selaput lendir sehingga cocok digunakan pada pengobatan gejala-gejala alergis pada mata dan hidung.
a.a tripelenamin
digunakan sebagai krem pada gatal-gatal pada alergi terhadap sinar matahari, sengatan serangga dan lain-lain.
a.b Mepirin
derivat metoksi dari tripilennamin yang digunakan dalam kombinasi dengan feneramin dan fenilpropanolamin terhadap hypiper.
a.c Klemizol
adalah derivat –klor yang hanya digunakan pada salep atau suppositoria antiwasir.
3. Derivat provilamin
a. Feniramin
Memiliki daya kerja antihistamin dan meredakan efek batuk yang cukup baik.
a.a Klorfeneramin
adalah derivat klor dengan daya kerja 10x lebih kuat dan dengan derajat toksisitas yang sama.
a.b Deksklorfeneramin
Adalah bentuk dekltronya 2x lebih kuat dari pada bentuk trasemisnya.
a.c Tripolidin
Adalah derivat dengan rantai sisi pirolidin yang daya kerjanya agak kuat. Mulai kerjanya pesat dan bertahan lama sampai 24jam (tablet retard).
4. Derivat piperazin
a. Siklizin
Mulai kerja cepat dan bertahan 4-6 jam. Digunakan sebagai obat antiemetik dan pencegah mabuk jalan.
a.a Homoklorsiklizin
Adalah derivat klor yang bersifat antiserotonin dan digunakan pada pruritus allerigika (gatal-gatal).
b. Sinarizin
Berkhasiat antipusing dan antiemetis dan sering kali digunakan sebagai obat vertigo, telinga berdesing dan pada mabuk jalan. Mulai kerjanya agak cepat, bertahan selama 6-8 jam dengan efek sedatif ringan.
b.a Flunarizin
sebagai antagonis –kalsium, sifat vasorelaksasinya kuat. Digunakn terhadap vertigo dan sebagai obat pencegah migrain.
c. Oksatomida
Memiliki daya kerja antihistamin, antiserotonin, antileokotrien. Memiliki efek menstabilisasi mast cells, stimulasi nafsu makan.
d. Hidroksizin
Sebagai sedatif dan anksiolitis, vasmolitis serta antikolinergis. Sangat efektif pada urtikaria dan gatal-gatal.
d.a Cetirizin
Menghambat migrasi dari granulosit euosinofil, yang berperan pada reaksi alergi lambat. Digunakan pada urticaria dan rinitis atau konjungtivis.
5. Derivat fenotiazin
a. Prometazin
Digunakan pada vertigo dan sebagai sedativum pada batuk dan sukar tidur, terutama untuk anak-anak.
a.a Oksomemazin
Digunakan untuk obat batuk. Daya kerja dan penggunaan sama seperti prometazin.
b. Isotifendil
Bekerja lebih singkat dari prometazin dengan efek sedatif yang lebih ringan.
6. Derivat trisiklis lainnya
a. Sifroheptadin
Lama kerjanya 4-6 jam, daya antikolinergisnya ringan. Untuk pasien yang nafsu makan kurang dan kurus.
b. Pizotifen
Berkhasiat antihistamin dan antiseroton. Sebagi stimulan nafsu makan, terapi interval migrain dan obat-obat migrain.
b.a Ketotifen
obat ini digunakan sebagi obat pencegah serangan asam.
b.b Kloratadin
Digunakan pada rhinitis dan konjungtivitis alergis juga pada urtikaria kronis.
c. Azelastin
Berdaya antihistamin, antileukotrien dan antiserotonin juga menstanilisir mast cells.
7. Obat generasi kedua
a. Terfenadin
a.a Fexsofenadin
Adalah suatu metabolit aktif dari terfenadin yang tidak perlu aktifasi.
b. Astemizol
Efek sampingnya kurang lebih sama dengan terfenadin.
c. Lefocabastin
Hanya digunakan topikal pada tetes mata dan spray hidung.
c.a Ebastin
sebagi prodrug dalam hati diubah menjadi zat aktif carebastin. Digunakan pada ringitis alergis kronis dengan efektifitas sama seperti astemizol.
8. Lain-lain
a. Mebhidrolin
Digunakan pada pruritus
b. Dimentinden
Digunakan terhadap pruritus.
c. Fortikorsteroid
Mengurangi reaksi alergi. Melewan peradangan dan mengurangi pembentukan mediator-mediator. Secara lokal digunakan pada asma dan hypiper, terhadap radang mata, terhadap gangguan kulit. Secara sistemik digunakan pada anafilaksis, kejang bronchi karena reaksi alergi dan status asthamticus.
d. Natrium kromoglikat
Zat ini bukan merupakn suatu antihistamin tetapi karena khasiat profilaksisnya terhadap hyfever.
d.a Nedokromil
Senyawa kuinolin dengan khsiat sama dengan kromoglikat. Digunakan untuk prevensi serangan asma, juga yang dipropokasi oleh pengeluaran tenaga.


FENOTIAZIN

Fenotiazin adalah antagonis dopamin dan bekerja sentral dengan cara menghambat chemoreseptor trigger zone. Obat ini dipakai untuk profilaksis dan terapi mual dan muntah akibat penyakit neoplasia, pasca radiasi, dan muntah pasca penggunaan obat opioid, anestesia umum, dan sitotoksik. Efek sedasi proklorperazin, ferfenazin, dan trifluoperazin lebih rendah dibanding klorpromazin.
Turunan fenotiazin mempunyai struktur kimia karakteristik yaitu sistem trisiklik tidak planar yang bersifat lipofil dan rantai samping alkilamino yang terikat pada atom N tersier pusat cincin yang bersifat hidrofil. Rantai samping tersebut bervariasi dan kebanyakan merupakan salah satu struktur sebagai berikut: propildialkilamino, alkilpiperidil atau alkilpiperazin. Turunan fenotiazin digunakan untuk pengobatan gangguan mental dan emosi yang moderat sampai berat, seperti skizoprenia, paranoia, psikoneurosis (ketegangan dan kecemasan) serta psikosis akut dan kronis. Banyak turunan fenotiazin mempunyai aktivitas antiemetic, simpatolitik, atau antikolinergik. Turunan fenotiazin juga mengadakan potensiasi dengan obat-obatan sedative-hipnotika, analgetika narkotik atau anastesia sistemik.
Penggunaan dosis tinggi menimbulkan efek samping berupa gejala ekstrapiramidal dengan efek seperti pada penyakit Parkinson. Penggunaan jangka panjang menimbulkan hipotensi, agranulositosis, dermatitis, penyakit kuning, perubahan mata dan kulit serta sensitive terhadap cahaya.





Struktur turunan fenotiazin dengan rantai samping aminoalkil :



                        
          Hubungan struktur dan aktivitas
  1. Gugus pada R2 dapat menentukan kerapatan elektron sistem cincin. Senyawa mempunyai aktivitas yang besar bila gugus pada Rr bersifat penarik elektron dantidak terionisasi. Makin besar kekuatan penarik elektron makin tinggi aktivitasnya.Substitusi pada R2 dengan gugus Cl atau CF3 akan meningkatkan aktivitas.Substituen CF3 lebih aktil dibanding Cl karena mempunyai kekuatan penarikelektron lebih besar tetapi elek samping gejala ekstrapiramidal ternyatajuga lebih besar. Substitusi pada R2 dengan gugus tioalkil (SCH3), senyawa tetap mempunyaiaktivitas tranquilizer dan dapat menurunkan efek samping ekstrapiramidal.Substitusi dengan gugus asil (COR), senyawa tetap menunjukkan aktivitastranquilizer. 
  2. Substitusi pada posisi 1,3 dan 4 pada kedua cincin aromatik akan menghilangkanaktivitas tranquilizer. 
  3. Bila jumlah atom C yang mengikat nitrogen adalah 3, senyawa menunjukkanaktivitas tranquilizer optimal. Bila jumlah atom C = 2, senyawa menunjukkan aktivitas penekan sistem saraf pusat yang moderat tetapi efek antihistamin dananti-Parkinson lebih dominan. 
  4. Adanya percabangan pada posisi β-rantai alkil dapat mengubah aktivitasfarmakologisnya. Substitusi β -metil dapat meningkatkan aktivitas antihistamin dan antipruritiknya. Adanya substitusi tersebut menyebabkan senyawa bersifat optisaktif dan stereoselektif. Isomer levo lebih aktif dibanding isomer dekstro. 
  5. Substitusi pada rantai alkil dengan gugus yang besar, seperti fenil ataudimetilamin, dan gugus yang bersifat polar, seperti gugus hidroksi, akanmenghilangkan aktivitas tranquilizer. 
  6. Penggantian gugus metil pada dimetilamino dengan gugus alkil yang lebih besardari metil akan menurunkan aktivitas karena meningkatnya pengaruh halanganruang. 
  7. Penggantian gugus dimetilamino dengan gugus piperazin akan meningkatkanaktivitas tranquilizer, tetapi juga meningkatkan gejala ekstrapiramidal. 
  8. Penggantian gugus metil yang terletak pada ujung gugus piperazin dengan gugus-CH2CH2OH hanya sedikit meningkatkan aktivitas. 
  9. Kuarternerisasi rantai samping nitrogen akan menurunkan kelarutan dalamlemak, menurunkan penetrasi obat pada sistem saraf pusat sehinggamenghilangkan aktivitas tranquilizer. 
  10. Masa kerja turunan fenotiazin dapat diperpanjang dengan membuat bentuk esternya dengan asam lemak yang berantai panjang seperti asam enantat dan dekanoat.


Referensi:
Ganis S.G, Setiabudy R, Suiyatna. F.D. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: UI Press.
Tjay T. H dan Rahardja K. 2002. Obat-obat Penting dan Khasiat, Penggunaan dan Efek Sampingnya. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Pertanyaan :
1.Berapa dosis prometazin yang dianjurkan untuk anak-anak ?
2.Apa saja efek samping antagonis histamin H-1?
3.Apakah antihistamin dapat dikombinasikan lebih dari 1 obat?
4.Bagaimana mekanisme antihistamin dalam mengatasi alergi ?
5.Apakah anak usia dibawah 10 tahun dapat menggunakan obat fenotiazin ?
6.Bagaimana proses terjadinya inflamasi ?
7.Apa yang menyebabkan lepas nya histamin ?
8.mengapa golongan fenotiazin memiliki efek sedasi ?  

Komentar

  1. Anak usia dibawah 10 tahun dapat menggunakan atau mengkonsumsi antihistamin hanya saja dosis nya di sini di perhitungkan lagi dan dilihat lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah apakah ada dampak dari anak2 yg dibawah 10 thn tadi jika mereka mengonsumsi obat fenotiazin? walaupun diberikan pada dosis yg kecil?

      Hapus
    2. Menurut saya, jika anak 10 tahun tersebut mengkonsumsinya sesuai dosis tidak akan memberikan dampak apapun. Tetapi sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu ke dokter jika takut memberikan dampak yang tidak diinginkan

      Hapus
    3. palig efek samping yg umum muncul seperti mengantuk

      Hapus
  2. menurut pendapat saya efek samping pada AH 1 yaitu Alergi, shock anafilaksis, ruam, dan dermatitis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya ingin menambahkan, AH1 menghambat efek histamine pada pembuluh darah, bronkus

      Hapus
    2. efek samping yang umum terjadi pada AH1 terutama generasi pertama adalah mengantuk

      Hapus
    3. Saya akan menambahkan bang , efek samping selain mengantuk juga dapat menyebabkan pusing .

      Hapus
    4. AH1 juga dapat menyebabkan hipotensi postural.

      Hapus
  3. Hi rizki, menurut saya mengenai pertanyaan no 10 ada beberapa keadaan yng menyebabkan lepasnya histamin yaitu :
    Pelepasan histamine terjadi akibat :
    • Rusaknya sel
    Histamine banyak dibentuk di jaringan yang sedang berkembang dengan cepat atau sedang dalam proses perbaikan, misalnya luka
    • Senyawa kimia
    Banyak obat atau zat kimia bersifat antigenic,sehingga akan melepaskan histamine dari sel mast dan basofil. Contohnya adalah enzim kemotripsin, fosfolipase, dan tripsin.
    • Reaksi hipersensitivitas
    Pada orang normal, histamine yang keluar dirusak oleh enzim histamin dan diamin oksidase sehingga histamine tidak mencapai reseptor Histamin. Sedangkan pada penderita yang sensitif terhadap histamine atau mudah terkena alergi jumlah enzim-enzim tersebut lebih rendah daripada keadaan normal.
    • Sebab lain
    Proses fisik seperti mekanik, thermal, atau radiasi cukup untuk merusak sel terutama sel mast yang akan melepaskan histamin.
    Histamin berinteraksi dengan reseptor yang spesifik pada berbagai jaringan target.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hay suci, contoh dari reseptor spesifik pda jaringan target itu apa saja ya?

      eh btw kok no 10 ya? padahal cuma 8 soal

      Hapus
    2. Astaga maaf 😂 saya salah ketik. Jadi kan histamin bekerja dengan cara berikatan dengan reseptor histamin di sel. Ada 4 jenis reseptor histamin yang telah diidentifikasi yaitu H1, H2, H3, dan H4. Dan resepto2 tersebut terdapat secara spesifik di jaringan2 tertentu.

      Hapus
    3. Misalnya Reseptor Histamin H1
      Reseptor ini ditemukan di jaringan otot, endotelium, dan sistem syaraf pusat. Bila histamin berikatan dengan reseptor ini, maka akan mengakibatkan vasodilasi, bronkokonstriksi, nyeri, gatal pada kulit. Reseptor ini adalah reseptor histamin yang paling bertanggungjawab terhadap gejala alergi. Dan begitu pula pada H1, H2, H3, dan H4

      Hapus
  4. saya akan mencoba menjawab pertanyaan no.1 terkait dosis prometazin menurut MIMS Indonesia
    USIA 2-5 tahun :5-15 mg 1-2 kali sehari
    USIA 5-10 tahun 10-25 1- 2 kali sehari

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih kak sangat membantu sekali jawabannya

      Hapus
  5. saya mencoba menjawab pertanyaan yang no 1. sebelum saya jawab dosis yang diberikan untuk anak-anak umur nya berapa ya mas? ya udah saya beri contoh seperti ini

    1. Obat Promethazine: Dosis untuk anak usia 10 tahun ke atas sampai dewasa adalah 10 mg sebanyak dua kali sehari. Jika diperlukan dosis bisa ditingkatkan menjadi 20 mg sebanyak tiga kali sehari.
    Dan Untuk dosis anak usia 5-10 tahun adalah 10-20 mg per hari. Dokter akan memberi dosis untuk anak usia 2-5 tahun sesuai berat badan masing-masing pasien.
    begitu mas terimakasih...

    BalasHapus
  6. Saya akan membantu menjawab petanyaan no 8. Jadi obat turunan fenotiazin ini menimbulkan efek sedasi dimana zat-zat yang dalam dosis terapi yang rendah dapat menekan aktivitas mental, menurunkan respons terhadap rangsangan emosi sehingga menenangkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. apakah ada efek selain sedasi dari penggunaan fenotiazin ?

      Hapus
    2. ada, yaitu dapat menyebabkan bertambhanya berat badan, pusing , takikardia, dan gejala ekspiramidal (biasanya ringan dan dapat diatasi dengan pengurangan dosis atau diberi obat antimuskarinik)

      Hapus
    3. hai rizki, efek sedasi juga ditimbulkan oleh fenotiazin karena obat ini bekerja di ssp dan berkaitan dengan pusat kesadaran sehingga efek sedasi sangat mungkin ditimbulkan oleh obat golongan ini

      Hapus
    4. Ya saya setuju dengan Cindra karna ia bekerja menembus sawar otak karena memiliki lipofilitas yang tinggi

      Hapus
  7. saya akan menjawab pertanyaan no. 4
    antihistamin akan menduduki reseptor histamin (yang bertanggung jawab pada reaksi alergi ) sehingga histamin tidak bisa berikatan dengan reseptor sehingga mengurangi reaksi alergi

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya saya setuju dengan nurul, anti histamin akan mengikat reseptor histaminegik yang akan berkompesi dengan histamin

      Hapus
    2. wahh terimaksih ya nurul dan yoan saangat membanti sekali jawban dari kalian

      Hapus
  8. 2. Efek yg paling terlihat pada antihistamin terutama ah1 yaitu efek mengantuk dan gangguan kesadaran ringan

    BalasHapus
    Balasan
    1. selain mengantuk dan kehilangan kesadaran apakah masih ada efek lain yang ditimbulkan?

      Hapus
    2. Masih banyak lagi sebenarnya seperti anoreksia, donwsiness, dada sesak, nasal burning. Tergantung macam2 obatnya juga

      Hapus
  9. hy bang pir, saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 4
    mekanisme kerja alergi yaitu antagonis H1, di gunakan untuk pengobatan gejala-gejala akibat reaksi alergi. Antagonis H1 sering pula disebut antihistamin klasik yaitu senyawa dalam keadaan rendah dapat menghambat secara bersaing kerja histamin pada jaringan yang mengandung resptor H1. Biasa digunakan untuk mengurangi gejala alergi karena cuaca misalnya bersin, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan. Gejala pada alergi kulit, seperti urtikaria dermatitis pruritik dan ekzem.

    BalasHapus
  10. Pertanyaan no.2
    Antagonis H1
    Efek samping antagonis H1 generasi I yang paling sering terjadi adalah sedasi. Selain itu, gejala SSP lain dapat terjadi, seperti pusing, tinitus, lesu, insomnia, dan tremor. Efek samping lain yang biasanya terjadi berupa gangguan saluran cerna, seperti hilangnya nafsu makan, mual, muntah, nyeri epigastrum, bahkan diare. Efek samping akibat efek muskarinik ini tidak terjadi pada antagonis H1 generasi II. Meskipun jarang, efek samping pada antagonis H1 generasi II dapat berupa torsades de pointes, yaitu terjadi perpanjangan interval QT. Hal ini biasanya terjadi karena gangguan obat, terutama terfenadin dan astemizol, dalam dosis takar lajak, adanya gangguan hepatik yang mengganggu sistem sitokrom P450, atau adanya interaksi dengan obat lain. Perpanjangan QT interval diduga terjadi karena obat-obat tersebut menghambat saluran K+. Selain itu, juga dapat terjadi dermatitis alergik karena penggunaan topikal. Pada keracunan akut antagonis H1 , dapat terjadi suatu sindrom beruapa adanya halusinogen, ataksia, tidak adanya koordinasi otot, dan kejang.

    Daftar Pustaka
    Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya. 2009. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

    BalasHapus
  11. Pertanyaan no 6

    proses inflamasi dimediatori oleh histamin, prostaglandin, leukotrien, sitokin dan lain-lain. proses terjadinya inflamasi dimulai dengan kerusakan jaringan akibat stimulus yang menyebabkan pecahnya sel mast, kemudian diikuti dengan pelepasan mediator inflamasi dan dilanjutkan dengan terjadinya vasodilatasi, yang kemudian menyebabkan migrasi sel leukosit.

    BalasHapus
  12. menurut pendapat saya efek samping pada AH 1 yaitu Alergi, shock anafilaksis, ruam, dan dermatitis.

    BalasHapus
  13. untuk pertanyaan nomor 5. bisa saja dikonsumsi anak dibawah 10 tahun tetapi sesuai resep dan ajuran dokter

    BalasHapus
  14. untuk pertanyaan no 10
    da beberapa keadaan yng menyebabkan lepasnya histamin yaitu :
    Pelepasan histamine terjadi akibat :
    • Rusaknya sel
    Histamine banyak dibentuk di jaringan yang sedang berkembang dengan cepat atau sedang dalam proses perbaikan, misalnya luka
    • Senyawa kimia
    Banyak obat atau zat kimia bersifat antigenic,sehingga akan melepaskan histamine dari sel mast dan basofil. Contohnya adalah enzim kemotripsin, fosfolipase, dan tripsin.
    • Reaksi hipersensitivitas
    Pada orang normal, histamine yang keluar dirusak oleh enzim histamin dan diamin oksidase sehingga histamine tidak mencapai reseptor Histamin. Sedangkan pada penderita yang sensitif terhadap histamine atau mudah terkena alergi jumlah enzim-enzim tersebut lebih rendah daripada keadaan normal.
    • Sebab lain
    Proses fisik seperti mekanik, thermal, atau radiasi cukup untuk merusak sel terutama sel mast yang akan melepaskan histamin.
    Histamin berinteraksi dengan reseptor yang spesifik pada berbagai jaringan target.

    BalasHapus
  15. No 3

    Boleh saja asalkan tidak menyebabkan kontraindikasi dan interaksi dari antihistamin serta berkurangnya efektivitas antihistamin tersebut

    BalasHapus
  16. Saya akan membantu menjawab pertanyaan nmr 1
    Standar dosis pediatrik untuk Reaksi Alergi
    Lebih dari atau setara dengan 2 tahun: oral atau rectal: 0.1 mg/kg/dosis setiap 6 jam selama siang dan 0.5 mg/kg/dosis saat menjelang tidur sesuai kebutuhan
    Standar dosis pediatrik untuk Mabuk Darat
    Lebih dari atau setara dengan 2 tahun: oral atau rectal: 0.5 mg/kg (tidak lebih dari 25 mg) 30 menit sampai dengan 1 jam sebelum keberangkatan, kemudian setiap 12 jam sesuai kebutuhan.
    Standar dosis pediatrik untuk Mual/Muntah-muntah
    Lebih dari atau setara dengan 2 tahun: oral atau rectal, IM atau IV: 0.25 sampai 1 mg/kg/dosis (tidak lebih dari 25 mg) 4 sampai dengan 6 kali sehari sesuai kebutuhan
    Standar dosis pediatrik untuk Sedasi
    Lebih dari atau setara dengan 2 tahun:
    Sedasi: oral, IM, IV, atau rectal: 0.5 sampai 1 mg/kg/dosis (tidak lebih dari 25 mg) setiap 6 jam sesuai kebutuhan.
    Lebih dari atau setara dengan 2 tahun: pra operasi analgesia/hypnotic adjunct: IM, IV: 1.1 mg/kg sekali dikombinasikan dengan analgesik atau hypnotic (dosis dikurangi) dan dengan agent sejenis atropine (pada dosis yang sesuai). Catatan: dosis promethazine tidak boleh melewati separuh dari dosis yang disarankan bagi orang dewasa.

    BalasHapus
  17. No 3
    Boleh saja anak dibawah 10 tahun mengkonsumsi fenotiazin namun dosis nya harus lebih kecil dibandingkan dengan dosis orang dewasa atau dosis umum
    Tujuan dari mengurangi dosis adalah untuk meminimalisir efek samping berbahaya yang terjadi pada anak anak

    BalasHapus
  18. Saya akan menambahkan nmbr 2. Efek Samping Antihistamin H1 Generasi Pertama :

    Alergi : fotosensitivitas, shock anafilaksis, ruam, dan dermatitis.
    Kardiovaskular : hipotensi postural, palpitasi, refleks takikardia, trombosis vena pada sisi injeksi (IV prometazin)
    Sistem Saraf Pusat : drowsiness, sedasi, pusing, gangguan koordinasi, fatigue, bingung, reaksi extrapiramidal bisa saja terjadi pada dosis tinggi
    Gastrointestinal : epigastric distress, anoreksi, rasa pahit (nasal spray)
    Genitourinari : urinary frequency, dysuria, urinary retention
    Respiratori : dada sesak, wheezing, mulut kering, epitaksis dan nasal burning (nasal spray)

    Antihistamin Generasi kedua dan ketiga :

    Alergi : fotosensitivitas, shock anafilaksis, ruam, dan dermatitis.
    SSP : mengantuk/ drowsiness, sakit kepala, fatigue, sedasi
    Respiratori : mulut kering
    Gastrointestinal : nausea, vomiting, abdominal distress (cetirizine, fexofenadine)

    BalasHapus
  19. Saya akan menambahkan nmbr 2. Efek Samping Antihistamin H1 Generasi Pertama :

    Alergi : fotosensitivitas, shock anafilaksis, ruam, dan dermatitis.
    Kardiovaskular : hipotensi postural, palpitasi, refleks takikardia, trombosis vena pada sisi injeksi (IV prometazin)
    Sistem Saraf Pusat : drowsiness, sedasi, pusing, gangguan koordinasi, fatigue, bingung, reaksi extrapiramidal bisa saja terjadi pada dosis tinggi
    Gastrointestinal : epigastric distress, anoreksi, rasa pahit (nasal spray)
    Genitourinari : urinary frequency, dysuria, urinary retention
    Respiratori : dada sesak, wheezing, mulut kering, epitaksis dan nasal burning (nasal spray)

    Antihistamin Generasi kedua dan ketiga :

    Alergi : fotosensitivitas, shock anafilaksis, ruam, dan dermatitis.
    SSP : mengantuk/ drowsiness, sakit kepala, fatigue, sedasi
    Respiratori : mulut kering
    Gastrointestinal : nausea, vomiting, abdominal distress (cetirizine, fexofenadine)

    BalasHapus
  20. hai rizki, saya akan coba jawab pertanyaan no 8 yaitu dimana ES nya berdasarkan yang saya ketahui yaitu Pusing, lesu, insomnia, hilang nafsu makan, mual dan muntah, diare, mulut kering, retensi urin dan lain sebagainya.

    BalasHapus
  21. saya akan menambahkan Reseptor H1
    Paling banyak berperan dalam alergi namun bisa juga vasodilatasi dan bronkokonstriksi (asma)
    Lokasi: Terdapat di otak, bronkus, gastrointestinal tract, genitourinary system, sistem kardiovaskuler, adrenal medula, sel endotelial.

    Reseptor H2
    Berlokasi di sel parietal lambung yang berperan dalam sekresi asam lambung
    Cara kerjanya adalah dengan mengikat reseptor H2 pada membran sel parietal dan mencegah histamin menstimulasi sekresi asam lambung.

    BalasHapus
  22. 2. efek samping yg dominan dari AH1 adalah efek sedasi

    BalasHapus
  23. saya akan mencoba menjawab soal no. 2
    efek samping pada AH 1 yaitu pada pembuluh darah, bronkus, mengantuk, Alergi, shock anafilaksis, ruam, dan dermatitis.

    BalasHapus

Posting Komentar